 |
| Caption Gambar |
Jakarta - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksi bisa tembus ke kisaran Rp 13.800 lagi pada minggu ini. Siang ini pun pergerakannya sudah di Rp 13.770.
Menurut Pengamat Ekonomi dari Institute Development for Economics and Finance (Indef) Eko Listianto hal itu cukup memungkinkan mengingat adanya tantangan dari internal maupun eksternal.
"Kalau minggu ini saya rasa Rp 13.800 sebenarnya ketinggian. Mungkin Rp 13.750 lebih lah ya. Rangenya antara Rp 13.750 sampai Rp 13.800 lah untuk minggu ini," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Senin (12/3/2018).
Menurutnya hal itu bisa terjadi karena adanya proyeksi bahwa Bank Sentral AS menaikkan suku bunga alias Fed Fund Rate (The Fed) hingga empat kali selama setahun ke depan. Namun itu hanya sedikit faktor yang menyebabkan Rupiah terus tergelincir.
"Ada proyeksi The Fed naikan suku bunga 4 kali. Tapi dalam negeri ada tantangan politik yang tidak ringan ya. Ada faktor Pemilukada (pemilihan umum kepala daerah), terus pencapresan, nanti pasti punya dinamika nilai tukar tersendiri," jelasnya.
Lanjut dia, arah nilai tukar mata uang Indonesia memang akan dihadapkan pada pelemahan rupiah atau depresiasi. Tapi angkanya diharapkan tidak akan tembus Rp 14.000 mengingat cadangan devisa Indonesia yang masih cukup aman.
"Secara umum di 2018 ini arahnya adalah akan terdepresiasi Rupiah. Artinya dolarnya menguat. Kita kan target mata uang Rupiah Rp 13.400 di APBN, kayaknya berat. Nah tapi kemudian saya rasa untuk angka Rp 14.000 masih jauh terutama cadangan devisa kita cukup kuat atasi shock-shock yang datang," lanjutnya.
"Nah jadi berapa kira-kira titik seimbangnya, saya rasa paling nggak bisa Rp 13.500. Tapi dugaan saya sekitar Rp 13.750 itu kayaknya akan jadi keseimbangan baru di 2018. Secara fundamental harusnya lebih rendah," tambahnya. (dna/dna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar